4 September 2016
Sunday, September 4, 2016 @ 7:11 AM
| 0 notes
Hari pertama aku melihatmu, aku tahu kau akan menjadi bom waktu.
Bom waktu? Apa maksudnya? Jujur, aku sendiri pun tak tahu. Satu hal yang sangat jelas adalah, menurutku, kelak kau akan hancur berkeping.
Kau tahu, apa yang membuatku tertarik padamu?
Kau, menatap orang-orang dengan cara yang berbeda-beda. Dan hal itu membuatku tertarik. Tertarik untuk lebih tahu, tertarik untuk menyelam jauh.
Kenapa kau melakukan ini, dan itu?
Apakah kau memang tersenyum?
Mengapa matamu berkata sebaliknya? Bisa kau beri tahu aku ada rasa apa jauh didalamnya?
Mengapa kau sembunyikan? Seburuk itu kah rasa itu? Seperih itu kah?
Mohon, beri tahu aku. Atau setidaknya, bagi rasa itu denganku.
Tetapi kau hanya diam, dan aku masih terus menyelam.
Aku ingin kembali untuk menarik napas. Tetapi mungkin, dalam perjalananku menuju permukaan, aku lah satu-satunya yang akan hancur berkeping. Mungkin aku juga adalah sebuah bom waktu dari awal. Kau tahu, kita akan membuat ledakan luar biasa bersama. Tapi kurasa, kita hanya diperbolehkan untuk meledak sendiri-sendiri.
Walau, suatu saat nanti, dalam perjalananku, dalam penyelamanku, aku akan hancur berkeping, aku tidak akan pernah menyesalinya.
Jika aku diberi kesempatan sekali lagi, dua kali, atau bahkan berkali-kali, aku akan tetap menyelami pikirmu, khayalmu.
Aku juga tahu, aku tidak akan pernah berhenti.
Aku masih menyelam. Selalu akan begitu.
4 September 2016
Sunday, September 4, 2016 @ 7:11 AM
| 0 notes
Hari pertama aku melihatmu, aku tahu kau akan menjadi bom waktu.
Bom waktu? Apa maksudnya? Jujur, aku sendiri pun tak tahu. Satu hal yang sangat jelas adalah, menurutku, kelak kau akan hancur berkeping.
Kau tahu, apa yang membuatku tertarik padamu?
Kau, menatap orang-orang dengan cara yang berbeda-beda. Dan hal itu membuatku tertarik. Tertarik untuk lebih tahu, tertarik untuk menyelam jauh.
Kenapa kau melakukan ini, dan itu?
Apakah kau memang tersenyum?
Mengapa matamu berkata sebaliknya? Bisa kau beri tahu aku ada rasa apa jauh didalamnya?
Mengapa kau sembunyikan? Seburuk itu kah rasa itu? Seperih itu kah?
Mohon, beri tahu aku. Atau setidaknya, bagi rasa itu denganku.
Tetapi kau hanya diam, dan aku masih terus menyelam.
Aku ingin kembali untuk menarik napas. Tetapi mungkin, dalam perjalananku menuju permukaan, aku lah satu-satunya yang akan hancur berkeping. Mungkin aku juga adalah sebuah bom waktu dari awal. Kau tahu, kita akan membuat ledakan luar biasa bersama. Tapi kurasa, kita hanya diperbolehkan untuk meledak sendiri-sendiri.
Walau, suatu saat nanti, dalam perjalananku, dalam penyelamanku, aku akan hancur berkeping, aku tidak akan pernah menyesalinya.
Jika aku diberi kesempatan sekali lagi, dua kali, atau bahkan berkali-kali, aku akan tetap menyelami pikirmu, khayalmu.
Aku juga tahu, aku tidak akan pernah berhenti.
Aku masih menyelam. Selalu akan begitu.